AMPERA
Landmark Bumi sriwijaya
Bila sobat ke kota Palembang Kota Metropolitan ,tak lengkap rasanya bila sobat berkunjung tanpa mengunjungi Jembatan Ampera,salah satu kebanggaan wong Kito.
Helo sobat sharelikers dimanapun sobat berada,kali ini saya akan mengajak sobat untuk kenal lebih dekat dengan Salah satu bangunan yang bernilai historis tinggi di daerah saya,sumatera selatan,yaitu Jembatan Ampera,yups siapa yang tidak kenal dengan Jembatan satu ini,Jembatan yang arsitekturnya sangat mirip dengan jembatan vancouver Bridge Di Amerika ini memiliki sejarah panjang dan menjadi saksi bisu kemajuan bumi sebimbing sekundang sejak zaman jepang dulu hingga saat ini Jika sobat jalan-jalan kepalembang,sobat pastinya tidak mau ketinggalan akan menyaksikan "Ampera",Jembatan yang berdiri kokoh membelah sungai musi dengan berat 944ton dan panjang jembatan 1117 m,dan lebar 22 m ini memiliki dua menara yang tingginya 63 m dari permukaan tanah,serta jarak antara kedua menara 75 meter ini memiliki keunikan di masa dulu dalam sejarah pembuatannya. | AMPERA |
SEJARAH AMPERA
Sudah dikatakan sebelumnya Jembatan kota yang terkenal dengan makanan khas "pempek palembang" ini memiliki nilai historis yang tinggi di sumatera selatan,selain BKB (benteng Kuto Besak) ini berawal dari ide untuk menyatukan dua daratan di Kota Palembang ”Seberang Ulu dan Seberang Ilir” dengan jembatan, sebetulnya sudah ada sejak zaman Gemeente Palembang, tahun 1906. Saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocq de Ville, tahun 1924, ide ini kembali mencuat dan dilakukan banyak usaha untuk merealisasikannya. Namun, sampai masa jabatan Le Cocq berakhir, bahkan ketika Belanda hengkang dari Indonesia, proyek itu tidak pernah terealisasi.
Pada masa kemerdekaan, gagasan itu kembali mencuat. DPRD Peralihan Kota Besar Palembang kembali mengusulkan pembangunan jembatan kala itu, disebut Jembatan Musi dengan merujuk na-ma Sungai Musi yang dilintasinya, pada sidang pleno yang berlangsung pada 29 Oktober 1956.
Usulan ini sebetulnya tergolong nekat sebab anggaran yang ada di Kota Palembang yang akan dijadikan modal awal hanya sekitar Rp 30.000,00. Pada tahun 1957, dibentuk panitia pembangunan, yang terdiri atas Penguasa Perang Komando Daerah Militer IV/Sriwijaya, Harun Sohar, dan Gubernur Sumatera Selatan, H.A. Bastari. Pendampingnya, Walikota Palembang, M. Ali Amin, dan Indra Caya. Tim ini melakukan pendekatan kepada Bung Karno agar mendukung rencana itu.
Usaha yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Kota Palembang, yang didukung penuh oleh Kodam IV/Sriwijaya ini kemudian membuahkan hasil. Bung Karno kemudian menyetujui usulan pembangunan itu.
Karena jembatan ini rencananya dibangun dengan masing-masing kakinya di kawasan 7 Ulu dan 16 Ilir, yang berarti posisinya di pusat kota, Bung Karno kemudian mengajukan syarat. Yaitu, penempatan boulevard atau taman terbuka di kedua ujung jembatan itu. Dilakukanlah penunjukan perusahaan pelaksana pembangunan, dengan penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya sebesar USD 4.500.000 (kurs saat itu, USD 1 = Rp 200,00).
Pembangunan jembatan ini dimulai pada bulan April 1962, setelah mendapat persetujuan dari Presiden Soekarno. Biaya pembangunannya diambil dari dana pampasan perang Jepang. Bukan hanya biaya, jembatan inipun menggunakan tenaga ahli dari negara tersebut
Pada awalnya, jembatan Ampera ini, dinamai Jembatan Bung Karno. Menurut sejarawan Djohan Hanafiah, pemberian nama tersebut sebagai bentuk penghargaan kepada Presiden RI pertama itu. Bung Karno secara sungguh-sungguh memperjuangkan keinginan warga Palembang, untuk memiliki sebuah jembatan di atas Sungai Musi.
Peresmian pemakaian jembatan dilakukan pada tahun 1965, sekaligus mengukuhkan nama Bung Karno sebagai nama jembatan. Pada saat itu, jembatan ini adalah jembatan terpanjang di Asia tenggara.Setelah terjadi pergolakan politik pada tahun 1966, ketika gerakan anti-Soekarno sangat kuat, nama jembatan itu pun diubah menjadi Jembatan Ampera (Amanat Penderitaan Rakyat).
Sekitar tahun 2002, ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat.
Asal Nama Ampera Dan Soekarno
Keistimewaan Jembatan Ampera
Pada awalnya, bagian tengah badan jembatan ini bisa diangkat ke atas agar tiang kapal yang lewat dibawahnya tidak tersangkut badan jembatan. Bagian tengah jembatan dapat diangkat dengan peralatan mekanis, dua bandul pemberat masing-masing sekitar 500 ton di dua menaranya. Kecepatan pengangkatannya sekitar 10 meter per menit dengan total waktu yang diperlukan untuk mengangkat penuh jembatan selama 30 menit.
Pada saat bagian tengah jembatan diangkat, kapal dengan ukuran lebar 60 meter dan dengan tinggi maksimum 44,50 meter, bisa lewat mengarungi Sungai Musi. Bila bagian tengah jembatan ini tidak diangkat, tinggi kapal maksimum yang bisa lewat di bawah Jembatan Ampera hanya sembilan meter dari permukaan air sungai.
Sejak tahun 1970, aktivitas turun naik bagian tengah jembatan ini sudah tidak dilakukan lagi. Alasannya, waktu yang digunakan untuk mengangkat jembatan ini dianggap mengganggu arus lalu lintas di atasnya.Pada tahun 1990, kedua bandul pemberat di menara jembatan ini diturunkan untuk menghindari jatuhnya kedua beban pemberat ini.
Jembatan ampera pernah direnovasi pada tahun 1981, dengan menghabiskan dana sekitar rp 850 juta. Renovasi dilakukan setelah muncul kekhawatiran akan ancaman kerusakan jembatan ampera bisa membuatnya ambruk.
Bersamaan dengan eforia reformasi tahun 1997, beberapa onderdil jembatan ini diketahui dipreteli pencuri. Pencurian dilakukan dengan memanjat menara jembatan, dan memotong beberapa onderdil jembatan yang sudah tidak berfungsi. Warna jembatan pun sudah mengalami 3 kali perubahan dari awal berdiri berwarna abu-abu terus tahun 1992 di ganti kuning dan terakhir di tahun 2002 menjadi merah sampai sekarang.
Bahkan belum Lama ini terjadi kebakaran hebat dibawah Jembatan Ampera tahun 2011 ini serta kerusuhan berdarah ,yang menghanguskan bagian bawah jembatan serta menjadi saksi bisu kebrutalan manusia tersebut.Hal ini sangat miris,dan Pemerintah pun bergerak pasca kebakaran itu.Diharapkan Ikon kota Palembang ini tetap berdiri kokoh untuk waktu yang lama,apalagi dalam waktu dekat bakal ada Sea Games Di Sumatera Selatan.
Bagi Orang palembang,Ampera adalah salah satu saksi dari sejarah Indonesia yang tak lekang oleh zaman,Dan seperti asal mula namanya ampera adalah simbol Amanah Penderitaan rakyat Terhadap para pemimpin Bangsanya yang kini Mulai Luntur di Indonesia saat ini.Semoga postingan Ampera ini bermanfaat serta mencerahkan bagi kita semua.Amin.
referensi:WIkipedia keyword:ampera
0 komentar:
Posting Komentar