Kamis, 31 Maret 2011

Gembong Teroris Umar Patek Telah ditangkap DI Pakistan.Benarkah itu?

Masih Ingat di benak kita beberapa waktu yang lalu serangkaian aksi teror yang menewaskan banyak korban jiwa,mulai dari pemboman Di Bali,kemudian Hotel JW Marriot,Beberapa kantor Kedubes Asing,serta Yang baru-baru ini Pemboman secara struktural dikawasan Jakarta dengan Modus Pengiriman Paket Buku.Setelah kabar mengejutkan beberapa Aktivis Teroris yang sudah malang Melintang di ranah Keterorisan banyak yang berhasil ditangkap atau di tembak mati,seperti Dr.Azhari,Imam Samudera,serta Amrozi dkk.Kini kabar terbaru adalah Sang Petualang Umar patek alias Abdul Ghoni alias Abu Syeikh alias Umar Arab  yang Berhasil Ditangkap.



Siapa sebenarnya Umar Patek? 
Lelaki Keturunan Jawa-Arab ini Adalah pemain lama yang telah lama malang melintang menjalankan misi "Syahid"nya dan melanglang Buana keberbagai NEgara dan menjalankan Aksi Terornya DI berbagai Negara,seperti Indonesia,Filiphina,Australia dan Amerika Serikat.Keempat Negarara itu bahkan Menawarkan Hadiah bagi siapa saja yang bisa menangkap teroris Paling berbahaya di Asia dan dunia itu.Di dunia intelijen terorisme, Patek bukan nama sembarangan. Rekam jejaknya di dunia teror terbentang cukup panjang, dari tahun 1980 hingga 1990. Selama itu, dia bersama sekelompok orang dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina bepergian ke Afghanistan dan Pakistan untuk mengikuti berbagai pelatihan tempur.
 
Bersama sejumlah pentolan jaringan teroris dunia, Al Qaeda, Patek diyakini sedang merencanakan aksi teror untuk memperingati 10 tahun tragedi menara kembar World Trade Centre pada 11 September mendatang.Saat kembali ke Asia Tenggara, mereka membentuk Jemaah Islamiyah yang dituding berada di belakang serangkaian aksi bom bunuh diri yang menyerang klub malam, restoran, hotel, dan kedutaan di Indonesia--yang menewaskan sedikitnya 260 orang.

Jamestown Foundation, institut kebijakan keamanan nasional yang berbasis di Washington, D.C. bahkan menyebut Patek sebagai salah satu "komandan senior terakhir Jemaah Islamiyah", yang memiliki pengalaman panjang di kamp Al Qaeda di Afganistan.

Sejauh ini, setidaknya empat negara telah menetapkannya sebagai buron: Indonesia, Filipina, Australia, dan Amerika Serikat. Bahkan, Paman Sam menawarkan uang sebesar US$1 juta bagi siapapun yang bisa menangkap Patek--meski besaran hadiah itu masih lebih murah dari kepala Dulmatin yang dihargai US$10 juta.

Berita penangkapan Umar Patek disambut gembira aparat Filipina. Juru bicara militer Filipina Letnan Kolonel Arnulfo Burgos mengakui pihaknya telah mendapatkan informasi penting ini langsung dari otoritas Pakistan.

Juru bicara militer Filipina yang lain, Miguel Jose, mengatakan penahanan Patek adalah pukulan telak bagi Jemaah Islamiyah dan juga Abu Sayyaf. Dua organisasi ini diyakini menjalin aliansi taktis. “Banyak orang menghela nafas lega mendengar dia telah ditangkap,” kata Jose seperti dikabarkan AP, 30 Maret 2011.

Salah satu pemimpin angkatan bersenjata Filipina, Mayor Jenderal Francisco Cruz, melihat penangkapan Patek “membuat ancaman Jemaah Islamiyah di Mindanao berkurang”.

Patek telah lama diburu aparat Filipina. Dia pernah dilaporkan tewas tertembak pada 14 September 2006 di Sulu, Filipina. Namun, informasi itu tak pernah berhasil dikonfirmasi.

Pada 31 Januari 2008, dia kembali dikabarkan terluka dalam sebuah bentrok senjata antara pihak pemberontak dan tentara Filipina di Tawi-Tawi. Saat itu, Dulmatin dan pemimpin Abu Sayyaf, Wahab Opao, diberitakan tewas tertembak.

Namun, belakangan dipastikan Dulmatin tewas di tangan Densus 88 Antiteror dalam sebuah penggerebekan di sebuah warnet di Pamulang, Tangerang, pada 9 Maret 2011.

Yang juga bungah dengan penangkapan Patek adalah Direktur International Crisis Group (ICG) Asia Tenggara, Sidney Jones. Dia melihat ini adalah penangkapan penting karena Patek merupakan tokoh utama di sebuah jaringan teror penting dan luas.

"Kalau benar, maka itu penangkapan yang luar biasa penting. Umar Patek bisa menjelaskan keterkaitan jaringan teror Indonesia dengan jaringan di Asia Tenggara dan Asia Selatan," kata Jones kepada VIVAnews.

Patek, masih kata Jones, adalah juga orang yang bisa menjelaskan strategi jaringan teroris di Indonesia dan Asia Tenggara dalam hubungannya dengan jaringan internasional. Termasuk soal pendanaan dan secanggih apa jaringan itu bekerja. Dia juga bisa memberi informasi apakah ada teroris-teroris Indonesia lain di Pakistan atau Afghanistan.

"Walau kita belum tahu persis bersama kelompok apa dia saat ditangkap di Pakistan, kita mesti mendapat info tambahan sedang apa dia di Pakistan," kata Jones.

Soal hubungan Patek dengan kamp pelatihan teroris di Aceh, Jones mengaku belum tahu. Termasuk, ada tidaknya benang merah sepak terjang dia dengan Abu Bakar Ba'asyir yang saat ini tengah diadili.  

Sumber : Vivanews

0 komentar:

Posting Komentar